Tak Seperti Biasanya


Pagi hari, biasanya jadi waktu paling sibuk bagi banyak orang.
Sebagian besar, rela mengantri dan berdesak-desakan di dalam bus dan kereta.
Para orangtua, bahkan bergegas mengantar anaknya ke sekolah, agar tak terlambat.
Ada banyak pula kalangan mahasiswa yang terlihat lusuh, namun terpaksa menuju kampus tercinta.
Fakta yang mengejutkan, para pencari nafkah di jalanan, bahkan sudah siap nongkrong pagi-pagi buta.
Pagi hari, adalah waktu paling tepat untuk menggambarkan jalanan seperti tertumpahi mainan kendaraan.
Suara klakson dimana-mana, asap polusi yang sudah jadi sohib sejati, bahkan lampu merah yang menjengkelkan jadi santapan sehari-hari! 

Namun, ada yang berbeda dengan hari-hari ini.
Pagi yang kadang meresahkan hati, kini lebih tentram dan lebih sunyi.
Jalanan seperti tak mau dilintasi apapun, hingga kemacetan seperti barang langka sekarang ini.
Kereta melintas, namun isinya seperti hawa di kota mati.
Gedung-gedung berdiri kokoh, tapi seperti kopong tak berpenghuni insan bumi.
Tak seperti biasanya, cakrawala pun lebih jernih dan asri!



Dahulu, bersua kawan dan kolega adalah perihal mudah.
Tapi sekarang, sepertinya menjadi perkara yang susah.
Duduk santai bersama teman,
Sambil bertukar pikiran ditemani segelas kopi di malam hari,
Mungkin terpaksa ditiadakan belakangan ini.
Berkeliling kota dengan asik bersama si dia,
Melepas lelah, bergerai canda dan tawa,
Berpeluk romansa yang menghangatkan raga,
Mungkin harus terpaksa tertunda, entah sampai kapan itu.
Maka, memilih menahan rindu adalah jalan terbaik saat ini.

Tapi, sekarang kita lebih mengerti.
Bahwa, berdiam diri di tempat kita berasal menyimpan kehangatan tersendiri.
Diantaranya, menjadi lebih dekat lagi dengan orang-orang terkasih.
Waktu luang yang seakan berkali-kali lipat,
Mungkin, bisa jadi kesempatan emas bagi kita.
Kesempatan, melakukan banyak hal yang tadinya belum terlaksanakan.
Mencoba hal baru, menikmati hobby yang terlupakan, atau bahkan melunasi mimpi yang belum terlaksanakan,
Maka rugi saja, jika tidak mendapat apa-apa di waktu luang sepanjang ini!

Namun ternyata, tak selamanya situasi ini menuai senyuman.
Bagi sebagian orang, ada kesedihan yang berselimut kebingungan.
Ada banyak orang yang tak beruntung.
Ada banyak pula orang yang merugi.
Bahkan, ada banyak orang yang kehilangan teman, kerabat, ataupun keluarganya sendiri.
Jelas, bagi sebagian orang pandemi membawa rugi dan nestapa.
Merenggut ketenangan bathin dan ketentraman jiwa.
Tapi, apa hendak di kata.
Semua telah tergariskan menjadi takdir semata.
Maka, penerimaan terbaik adalah merelakan dengan ikhlas yang telah hilang.
Dengan berharap, masih ada harapan dan asa yang akan datang.
Karena masih ada hari esok yang minta diselesainkan.
Dan yang terpenting, masih ada perjalanan hidup yang harus dilanjutkan.

Postingan Populer